Masjid Jami' Nurul Islam berlokasi di Perumahan Kemang IFI Graha Jatiasih. Lokasi yang dulunya dikenal rawan banjir, kini masjid berdiri megah di atas tanah Fasum yang sudah mengalami pengurukan kurang lebih satu setengah meter. Masjid ini direnovasi total, dengan rencana anggaran biaya kurang lebih 12 milliar.

Pembangunannya sudah mencapai 80% lebih. Walaupun belum rampung 100%, kemegahan masjid ini sudah mulai nampak dari material yang digunakan, motif GRC, dan kaligrafi "Lafzhul Jalalah" ukuran jumbo diameter 2 meter dihiasi lampu led. Jenis tulisan menggunakan khat "Tsuluts" ditulis oleh kaligrafer profesional yang sudah berpengalaman dan konsisten dengan penggunaan kaidah khat yang benar dan indah. Kaligrafi dibuat dari bahan plat stenlis gold original anti korosi dan murah pemeliharaannya.

Masjid dengan 2 lantai ini dibangun dengan dukungan dana murni swadaya masyarakat warga perumahan melalui iuran rutin bulanan dan beberapa donatur warga setempat yang kaya yang dermawan. Kerja keras dari segenap pengurus DKM, H. Jamar sebagai ketua DKM, H. Dedi sebagai bendahara dan Bapak Muhajirin sebagai penarik dana serta partisipasi aktif dari warga setempat, in syaa Allah masjid ini akan segera rampung dan menjadi salah satu masjid kebanggaan warga komplek Kemang IFI khususnya dan masyarakat Bekasi umumnya. (abuqail)
lanjutannya klik di sini...

Thursday, February 20, 2025

Plat Kuningan VS Stenlis Gold

Beberapa tahun terakhir, penggunaan bahan plat stenlis gold (warna emas) lebih banyak diminati oleh para customer dan pengrajin huruf timbul, produk seni kaligrafi, dan jenis-jenis produk kreatif lainnya. Bahan plat stenlis gold termasuk tipe stenlis varian 201.

Dibandingkan dengan bahan plat kuningan, plat stenlis gold memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan yang paling mendasar adalah harganya lebih murah dan ukurannya lebih luas.

Kelebihan-kelebihan lainnya adalah plat stenlis gold memiliki permukaan relatif lebih rata sehingga hasil produk yang dibuat misalnya huruf timbul atau kaligrafi terlihat lebih bagus. Bahan kuningan memiliki permukaan sedikit bergelombang karena bahannya tidak sekeras plat stenlis gold, agak empuk. Hasil produk kerajinan yang dibuat dari bahan kuningan apalagi ukurannya besar, maka permukaan produk tersebut tidak sebagus produk yang dibuat dari bahan stenlis gold.

Plat stenlis gold tidak membutuhkan proses pemolesan karena permukaan sudah mengkilap dari bahan dasarnya. Berbeda dengan plat kuningan, untuk membuat permukaan mengkilap harus melalui proses pemolesan dan coating. Hal ini tentu saja membutuhkan waktu dan biaya lebih besar. Plat stenlis gold tidak membutuhkan maintenance yang mahal dan aman digunakan untuk indoor dan outdoor. Berbeda dengan bahan kuningan, apabila digunakan untuk outdoor, maka dalam beberapa tahun diperlukan lagi pemolesan dan coating ulang.

Gambar di atas adalah contoh produk kaligrafi "Laa Ilaaha Illaa Allah Muhammad Rasulullah" yang dibuat dari bahan plat stenlis gold. Inilah beberapa kelebihan dari plat stenlis gold vs. plat kuningan menurut pengamatan dan pengalaman kami di lapangan. (abuqail)
lanjutannya klik di sini...

Artikel ini saya tulis sekedar memberikan pandangan atau wawasan dasar tentang peranan kaligrafi dalam dunia dakwah Islam. Hal ini dilatarbelakangi anggapan di kalangan sebagian kaum muslimin dengan mengatakan bahwa "al Qur'an bukan untuk Ditulis, tapi untuk Dibaca".

Mereka menganggap bahwa terpeliharanya al Qur'an sampai masa kini semata-mata jasa para penghafal al Quran. Betul sekali, tapi jangan lupa bahwa para penulis al Quran (wahyu) juga memiliki jasa besar. Dari para penulis wahyu dikumpulkan naskah-naskah al Qur'an sehingga menjadi mushaf al Quran yang kita baca sekarang.

Al-Qur’an adalah mukjizat yang menjadi pedoman hidup umat Islam di seluruh dunia. Selain kandungan isinya yang sarat dengan petunjuk dan hikmah, keindahan Al-Qur’an juga memancar dari dua aspek utama: bacaan dan tulisan. Kedua aspek ini tidak hanya memperkuat kesakralan Al-Qur’an, tetapi juga menjadi wujud nyata dari keagungan wahyu Allah SWT.

Keindahan dalam Bacaan

Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab dengan gaya bahasa yang tak tertandingi. Keindahannya terletak pada ritme, rima, dan pilihan katanya yang sempurna. Bahkan, para ahli bahasa Arab di masa Rasulullah SAW pun tidak mampu membuat satu ayat pun yang menyamai keindahannya.
Bacaan Al-Qur’an yang tartil, dengan pengucapan yang benar (tajwid), semakin menambah keindahannya. Suara qari (pembaca Al-Qur’an) yang merdu mampu menggetarkan hati, membawa kedamaian, dan mendekatkan pembaca atau pendengar kepada Allah SWT.

Keindahan dalam Tulisan

Tidak hanya keindahan bacaan, Al-Qur’an juga memiliki daya tarik dalam aspek tulisannya. Tulisan Al-Qur’an menjadi bentuk seni yang memukau, terutama melalui seni kaligrafi. Sejak zaman dahulu, para ulama dan seniman muslim telah mengembangkan berbagai gaya tulisan untuk menghormati dan memuliakan Al-Qur’an.

Seni kaligrafi Al-Qur’an tidak hanya berfungsi sebagai cara menyampaikan teks, tetapi juga menjadi penghormatan visual terhadap firman Allah. Gaya-gaya seperti Kufi, Naskhi, Thuluts, Diwani, dan Farisi mencerminkan estetika dan kerumitan seni Islam. Setiap huruf ditulis dengan penuh perhatian, ketelitian, dan memastikan keindahan serta akurasi kaidah.

Mengapa Tulisan Al-Qur’an Begitu Penting?
  1. Memuliakan Firman Allah
    Penulisan Al-Qur’an yang indah adalah bentuk ibadah. Seni kaligrafi bukan hanya sekadar seni, tetapi juga cara menghormati firman Allah. Dengan tulisan yang rapi dan estetis, Al-Qur’an menjadi lebih mudah dihormati oleh umat Islam.

  2. Sarana Dakwah Visual
    Tulisan Al-Qur’an yang indah sering digunakan untuk memperkenalkan Islam kepada orang lain. Hiasan-hiasan kaligrafi Al-Qur’an di masjid, rumah, atau tempat umum menarik perhatian banyak orang, termasuk non-Muslim, sehingga menjadi sarana dakwah yang efektif.

  3. Meningkatkan Kecintaan pada Al-Qur’an
    Tulisan yang indah dapat menumbuhkan kecintaan pada Al-Qur’an. Ketika seseorang membaca mushaf dengan huruf yang rapi dan estetis, hati menjadi lebih tenteram dan fokus untuk memahami isinya.

  4. Simbiosis Bacaan dan Tulisan
    Keindahan bacaan dan tulisan Al-Qur’an tidak berdiri sendiri, tetapi saling melengkapi. Bacaan Al-Qur’an membawa makna dan pesan spiritual, sementara tulisan Al-Qur’an menghadirkan penghormatan visual yang abadi. Kombinasi keduanya menjadikan Al-Qur’an sebagai mukjizat yang sempurna, tidak hanya dalam isi tetapi juga dalam penyampaiannya.
Kesimpulan
Keindahan Al-Qur’an tidak hanya terletak pada lantunan ayat-ayatnya, tetapi juga pada seni tulisannya. Keduanya adalah refleksi dari keagungan Allah SWT yang tak terbatas. Bagi umat Islam, memahami dan menghormati kedua aspek ini adalah bentuk rasa syukur atas nikmat terbesar yang Allah berikan berupa petunjuk hidup melalui Al-Qur’an.

Dengan menjaga keindahan bacaan dan tulisan Al-Qur’an, kita turut menjaga keagungannya sebagai pedoman hidup sepanjang masa. Penulis masih menjumpai banyak masjid-masjid dengan arsitektur bangunan yang mewah, bacaan para imam rawatib yang indah, namun tulisan kaligrafi al Qur'an yang terkesan asal-asalan jauh di bawah standar keindahan. Mengapa, karena belum memiliki pengetahuan mengenai kaidah penulisan kaligrafi yang benar dan indah. والله اعلم بالصواب (abuqail)
lanjutannya klik di sini...

Memasang kaligrafi nama Allah dan Nabi Muhammad di masjid, terutama dalam tradisi seni Islam, sebenarnya merupakan hal yang umum dan telah lama menjadi bagian dari budaya Islam. Dalam pandangan banyak ulama, ini lebih berkaitan dengan keindahan, penghormatan, dan pengingat terhadap Allah dan Nabi Muhammad, bukan sesuatu yang termasuk dalam bid'ah yang sesat.

Kaligrafi ini berfungsi sebagai elemen estetika yang mengingatkan pengunjung masjid akan keagungan Allah dan teladan Nabi. Al-Qur'an sendiri mendorong umat Islam untuk menghias masjid dan membuatnya menjadi tempat yang rapi dan indah (misalnya dalam Surah Al-Baqarah: 125 dan At-Taubah: 18 yang mendorong pemeliharaan masjid). Para ulama pun umumnya tidak menganggap memasang kaligrafi semacam ini sebagai bid'ah yang tercela, karena bukan merupakan penambahan atau perubahan pada ajaran dasar Islam, melainkan sekadar ekspresi seni yang tidak mengubah aturan ibadah.

Namun, ada beberapa pihak yang merasa bahwa pemasangan kaligrafi tersebut berpotensi mendistraksi konsentrasi dari ibadah jika terlalu menonjol atau berlebihan. Karena itu, banyak yang menyarankan memasang kaligrafi dengan cara yang sederhana dan tidak mencolok, agar tetap menciptakan suasana yang sakral dan tenang.

Jadi, secara umum, memasang kaligrafi nama Allah dan Muhammad di masjid tidak dianggap sebagai bid'ah yang sesat, selama tujuannya baik dan penerapannya seimbang serta tidak mengganggu kekhusyukan dalam beribadah.

Bagaimana Pendapat yang Menyatakan bahwa Lafazh Allah & Muhammad tidak Boleh Sejajar.

Ada pandangan dalam tradisi Islam bahwa tulisan nama "Allah" dan "Muhammad" sebaiknya tidak dipasang sejajar, melainkan nama Allah diletakkan sedikit lebih tinggi. Hal ini muncul dari rasa hormat dan adab dalam mengagungkan Allah sebagai Sang Pencipta, sementara Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Menempatkan nama Allah lebih tinggi dari nama Nabi Muhammad dimaksudkan untuk menekankan bahwa posisi Allah dan Nabi Muhammad tidak sejajar dalam makna ketuhanan. Allah adalah yang paling agung, dan Nabi Muhammad adalah makhluk yang diutus-Nya untuk membawa risalah. Ini juga sesuai dengan ajaran tauhid, yang menekankan bahwa hanya Allah yang layak disembah, sementara Nabi Muhammad sebagai manusia dan rasul adalah sosok yang kita cintai dan ikuti.

Namun, penting untuk dipahami bahwa aturan ini tidak bersifat wajib secara syariat. Ini lebih merupakan praktik kehati-hatian (ihtiyat) yang muncul dari adab dan rasa hormat, bukan ketentuan mutlak. Banyak masjid yang menempatkan nama Allah dan Muhammad sejajar sebagai bagian dari kaligrafi yang indah, tanpa maksud menyamakan keduanya.

Pada gambar di atas, ini salah satu lokasi tulisan kaligrafi di Masjid Nabawi, dimana tulisan Allah sejajar dengan tulisan Muhammad, bahkan sejajar juga dengan tulisan para sahabat Nabi lainnya.

Jika di dalam sebuah masjid atau ruangan Anda memasang kaligrafi nama Allah dan Muhammad, meletakkan nama Allah sedikit lebih tinggi dari nama Nabi Muhammad bisa menjadi bentuk penghormatan tambahan. Tapi, jika sudah sejajar, umumnya juga masih diterima selama dipasang dengan niat yang baik dan penuh hormat.(abuqail)
lanjutannya klik di sini...

Monday, November 04, 2024

Jangan Sembarangan Bikin Mihrab

Mihrab merupakan salah satu elemen penting dalam arsitektur dan interior masjid. Sebagai lekukan atau ceruk di dinding kiblat yang menunjukkan arah shalat, mihrab tidak hanya berfungsi secara praktis, tetapi juga memiliki nilai simbolis yang dalam. Mihrab kerap dihias dengan berbagai elemen seni, termasuk kaligrafi, ukiran, dan pola geometris yang mempercantik serta memperkuat suasana ibadah. Keindahan mihrab tidak hanya meningkatkan kualitas estetika masjid, tetapi juga memiliki peran dalam memperkuat kekhusyukan dan pengalaman spiritual para jamaah.

Artikel ini akan membahas pentingnya keindahan mihrab dalam interior masjid, baik dari segi fungsi, simbolisme, maupun dampaknya terhadap pengalaman beribadah.

1. Mihrab sebagai Penunjuk Arah dan Fokus dalam Shalat

Mihrab memiliki fungsi utama sebagai penanda arah kiblat (Ka'bah) yang menjadi arah shalat umat Islam di seluruh dunia. Lokasi mihrab yang berada di tengah dinding kiblat menjadikannya fokus bagi imam saat memimpin shalat berjamaah, sehingga jamaah dapat mudah mengikuti gerakan shalat. Mihrab juga sering dirancang dengan bentuk yang sedikit menjorok ke dalam, membedakannya dari dinding lainnya, sehingga arah kiblat tampak lebih jelas.

Dengan demikian, kehadiran mihrab sebagai elemen penting dalam arsitektur masjid memiliki dampak langsung terhadap kelancaran shalat berjamaah, dan keindahannya memberikan daya tarik visual yang mengarahkan pandangan jamaah ke arah yang sama, menciptakan rasa persatuan dalam beribadah.

2. Mihrab sebagai Simbol Kesucian, Kekhusyukan, dan Tempat Mustajab untuk Berdoa

Mihrab tidak hanya sekadar penanda arah, tetapi juga memiliki makna simbolis dalam arsitektur masjid. Dalam tradisi Islam, mihrab melambangkan tempat yang khusus, yang menunjukkan kehadiran Allah SWT. Desain mihrab yang indah dan penuh dekorasi mencerminkan penghormatan terhadap fungsi spiritualnya dan menciptakan suasana yang sakral. Mihrab sering kali dihiasi dengan kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an atau nama-nama Allah yang memberikan pesan ketenangan serta memotivasi jamaah untuk mencapai kekhusyukan.

Al Qur'an juga mengisahkan bagaimana kisah Maryam binti Imran dan Nabi Zakaria dikabulkan doanya oleh Allah ketika berdoa di dalam mihrab.

Ornamen kaligrafi, ukiran, dan pola geometris di sekitar mihrab juga dirancang sedemikian rupa agar jamaah terinspirasi untuk lebih khusyuk dalam ibadah. Dengan memandang keindahan mihrab, jamaah diingatkan akan kebesaran Allah dan keagungan shalat sebagai sarana mendekatkan diri kepada-Nya.

3. Estetika Mihrab dan Seni Kaligrafi

Kaligrafi menjadi salah satu unsur utama dalam menghias mihrab. Ayat-ayat yang sering kali dipilih untuk menghiasi mihrab adalah ayat yang berkaitan dengan shalat, ketauhidan, atau keagungan Allah. Kaligrafi ini tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga berfungsi sebagai pengingat bagi jamaah akan makna shalat dan pentingnya mengarahkan hati kepada Allah saat berdiri di hadapan-Nya.

Kaligrafi yang tertulis dengan gaya thuluth atau kufi pada mihrab masjid mengandung kedalaman spiritual yang menyatu dengan seni geometris Islami. Desain geometris ini menjadi hiasan latar yang melengkapi keindahan kaligrafi, dan simbolisasi dari keteraturan dan harmoni yang menjadi esensi Islam. Semua elemen ini bekerja bersama untuk menciptakan suasana yang memikat dan membawa ketenangan.

4. Keindahan Mihrab dalam Perspektif Sejarah

Sejak zaman kekhalifahan, mihrab menjadi fokus utama dalam arsitektur masjid. Pada masa Kekhalifahan Umayyah, mihrab dihiasi dengan mozaik dan pola geometris yang rumit. Mihrab di Masjid Nabawi, misalnya, menjadi salah satu contoh desain mihrab yang penuh keindahan dan dipenuhi dengan kaligrafi emas yang berkilauan. Sementara itu, pada era Kekhalifahan Abbasiyah dan Utsmani, seni hias mihrab berkembang semakin megah dengan bahan marmer, ukiran kayu, dan tulisan emas.

Desain mihrab yang kaya ini menunjukkan bahwa mihrab tidak hanya dianggap sebagai bagian interior, tetapi juga sebagai simbol keagungan dan pusat ibadah. Peninggalan bersejarah ini terus menjadi inspirasi bagi arsitektur masjid modern di seluruh dunia.

5. Dampak Keindahan Mihrab terhadap Pengalaman Beribadah

Keindahan mihrab yang dihiasi kaligrafi, ornamen mozaik, atau pola geometris dapat menambah suasana sakral di dalam masjid. Ketika seorang jamaah memasuki masjid, pandangan mereka akan tertuju pada mihrab yang indah, yang mengarahkan hati mereka untuk lebih fokus dalam beribadah. Mihrab yang estetis juga memberikan kesan kehormatan dan ketenangan yang mempersiapkan jiwa jamaah untuk shalat, sehingga mereka dapat mencapai tingkat khusyuk yang lebih tinggi.

Mihrab juga berfungsi sebagai pengingat visual bahwa masjid adalah tempat suci, tempat yang dipenuhi dengan kebesaran dan keindahan yang mengingatkan pada ciptaan Allah. Dengan demikian, mihrab menjadi lebih dari sekadar elemen fisik; ia adalah pusat spiritual dalam ruang ibadah yang mengarahkan hati dan pikiran jamaah kepada Allah.

6. Kesimpulan

Keindahan mihrab memiliki nilai yang sangat penting dalam interior masjid. Selain sebagai penanda arah kiblat dan titik fokus bagi imam, mihrab juga mengandung makna simbolis yang mendalam. Dekorasi mihrab yang indah, termasuk kaligrafi, ukiran, dan pola geometris, tidak hanya meningkatkan estetika masjid tetapi juga memperkuat pengalaman spiritual jamaah. Mihrab yang dihiasi dengan indah mampu menciptakan suasana yang sakral dan khusyuk, sehingga membantu jamaah dalam mencapai ketenangan dan kedekatan dengan Allah SWT.

Oleh karena itu, seni menghias mihrab merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam desain interior masjid. Dengan tetap mempertahankan kaidah-kaidah Islami dan keindahan estetika, mihrab bisa menjadi pusat spiritual yang memperkaya kualitas ibadah jamaah.
lanjutannya klik di sini...

Monday, November 04, 2024

Kaidah Penulisan Kaligrafi yang Benar

Kaligrafi Islam telah menjadi salah satu warisan seni yang tidak hanya indah, tetapi juga penuh makna. Kaligrafi ini memainkan peran penting dalam mengekspresikan keindahan Islam melalui penulisan ayat-ayat Al-Qur'an, nama-nama Allah, dan nama Nabi Muhammad SAW. Lebih dari sekadar hiasan, kaligrafi Islam mengandung nilai spiritual yang mendalam, menghormati pesan-pesan suci, dan membentuk suasana ibadah yang lebih khusyuk. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi keindahan kaligrafi Islam dan pentingnya menggunakan kaidah penulisan yang benar untuk menjaga keagungan dan kehormatan dalam karya kaligrafi.

1. Keindahan Kaligrafi Islam dalam Sejarah Kaligrafi Islam mulai berkembang pesat sejak masa kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah. Dengan larangan membuat representasi manusia dalam seni Islam, para seniman mencari media alternatif untuk mengekspresikan keindahan, dan kaligrafi menjadi salah satu bentuk seni yang paling dihormati. Mereka menuangkan kreativitasnya dalam bentuk penulisan ayat-ayat Al-Qur'an dengan gaya yang artistik. Seni kaligrafi ini kemudian dipopulerkan oleh para khalifah dan ulama, yang menggunakan tulisan untuk menghiasi masjid, istana, dan berbagai manuskrip.

Salah satu tokoh penting dalam sejarah kaligrafi Islam adalah Ibn Muqla, yang hidup pada abad ke-10. Ia dianggap sebagai pionir dalam sistematisasi bentuk dan proporsi huruf Arab, mengembangkan kaidah penulisan yang akurat. Melalui kaidah inilah, lahir berbagai gaya kaligrafi, seperti kufi, naskhi, thuluth, dan diwani, yang masing-masing memiliki ciri khas dan penggunaan yang berbeda.

2. Gaya-Gaya atau jenis-jenis Tulisan Kaligrafi Islam

Ada beberapa gaya utama dalam kaligrafi Islam yang memiliki keindahan tersendiri:

Kufi: Merupakan gaya kaligrafi tertua yang bersifat geometris dan digunakan dalam penulisan mushaf Al-Qur'an pada masa awal. Bentuknya yang tegas dan simetris sering dipakai untuk hiasan dinding masjid.

Naskhi: Gaya naskhi bersifat lebih halus dan mudah dibaca, sehingga sering digunakan dalam penulisan buku dan manuskrip Al-Qur'an.

Thuluth: Dikenal dengan lekukan hurufnya yang panjang dan berani, gaya thuluth sering ditemukan di bangunan-bangunan masjid dan monumen. Thuluth membutuhkan keterampilan tinggi karena komposisinya yang rumit.

Diwani: Gaya yang populer pada era Kesultanan Utsmani, gaya diwani dicirikan dengan bentuk-bentuk melengkung dan tumpang tindih. Gaya ini lebih dekoratif dan biasa digunakan dalam surat-surat resmi. Dan masih banyak gaya-gaya penulisan lainnya.

Setiap gaya kaligrafi ini membutuhkan keahlian khusus, karena masing-masing memiliki kaidah penulisan dan aturan proporsional yang harus diikuti untuk menghasilkan keindahan yang seimbang.

3. Kaidah Penulisan dalam Kaligrafi Islam

Untuk menjaga kemurnian dan keindahan kaligrafi Islam, para kaligrafer berpegang pada kaidah penulisan yang ketat. Kaidah-kaidah ini membantu menjaga proporsi huruf, konsistensi, dan keseimbangan dalam tulisan. Beberapa kaidah dasar yang perlu diikuti dalam kaligrafi Islam meliputi:

Kaidah Huruf dan Proporsi: Setiap huruf memiliki ukuran proporsional yang ditentukan dengan menggunakan satuan “nuqta” atau titik, yang diambil dari diameter pena kaligrafi. Ukuran nuqta menentukan tinggi, lebar, dan jarak antara huruf agar tampak harmonis.

Kaidah Simetri dan Keseimbangan: Kaligrafer perlu menjaga keseimbangan antara unsur horizontal dan vertikal dalam tulisan, sehingga tidak hanya mudah dibaca, tetapi juga estetik. Hal ini biasanya dilakukan dengan membuat kerangka garis bayangan sebelum menulis huruf secara lengkap.

Kaidah Konsistensi Gaya: Meskipun satu karya kaligrafi bisa memadukan berbagai gaya, setiap gaya memiliki ciri khas yang harus dijaga. Misalnya, gaya thuluth tidak akan dicampur dengan naskhi dalam satu susunan kalimat kecuali dengan komposisi tertentu.

4. Nilai Spiritualitas dalam Kaligrafi Islam

Kaligrafi Islam bukan hanya seni, tetapi juga sarana ibadah. Menuliskan ayat-ayat Al-Qur'an, nama-nama Allah, atau nama Nabi Muhammad SAW dengan kaligrafi dapat menjadi bentuk ibadah dan kecintaan pada agama. Kaligrafi menjadi bentuk penghormatan terhadap Al-Qur'an yang suci, dan proses pembuatan kaligrafi melibatkan ketulusan hati dan rasa khusyuk yang mendalam.

Kisah tentang seorang pendosa yang diampuni karena menghormati nama Nabi Muhammad SAW dalam tulisan adalah salah satu contoh bagaimana kaligrafi memiliki kedudukan yang istimewa dalam Islam. Tindakan menghormati nama-nama suci dalam kaligrafi merupakan refleksi dari rasa cinta dan penghormatan yang dalam, yang bisa membawa berkah dan ampunan Allah.

5. Penerapan Kaligrafi di Masjid dan Ruang Ibadah

Kaligrafi sering menghiasi dinding masjid, kubah, mihrab, hingga pintu-pintu masjid. Penempatan ini bertujuan untuk mengingatkan jamaah pada keagungan Allah dan membawa suasana masjid yang lebih sakral dan khusyuk. Namun, penting untuk memperhatikan kaidah yang benar dalam memilih ayat atau nama suci, menjaga agar kaligrafi tidak mengganggu kekhusyukan dalam ibadah, dan memastikan bahwa karya kaligrafi di masjid ditulis oleh seniman yang paham kaidah penulisan yang benar. Jika tidak, maka kaligrafi dianggap oleh sebagian orang hanya mengganggu kekhusyuan dan tidak menambah keindahan interior masjid.

Mengakhiri tulisan ini, saya menyimpulkan bahwa kaligrafi Islam adalah perpaduan antara seni dan ibadah yang memiliki nilai estetika tinggi sekaligus spiritualitas mendalam. Melalui penggunaan kaidah penulisan yang benar, kaligrafi dapat mencapai keindahan yang harmonis dan memberikan pesan keagamaan dan menguatkan nilai kebenaran, seperti dalam pepatah arab "الخط الحسن يزيد الحق وضوحاً" (Al-khatt al-hasan yaziidu al-haqqa wudhuuhan) artinya, “Tulisan yang indah akan menambah kejelasan kebenaran.”

Keindahan kaligrafi Islam adalah warisan yang perlu dilestarikan, tidak hanya sebagai seni, tetapi juga sebagai salah satu bukti keagungan dan keindahan mu'jizat al Qur'an dan ajaran Islam. Wallaahu a'lamu bi asshawaab.(abu qail)
lanjutannya klik di sini...

Monday, November 04, 2024

Kaligrafi Masjid Bid'ah?

Pendapat bahwa memasang kaligrafi di masjid adalah bid'ah muncul karena ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa penambahan dekorasi yang tidak ada di zaman Nabi Muhammad SAW dapat mengarah pada perbuatan bid'ah, apalagi jika sampai mengganggu kekhusyukan ibadah. Dalam pandangan mereka, masjid seharusnya difungsikan murni untuk ibadah tanpa hiasan tambahan.

Namun, banyak juga ulama yang berpandangan bahwa memasang kaligrafi di masjid tidak termasuk bid'ah yang tercela.

Mereka berargumen bahwa kaligrafi yang berisi ayat-ayat Al-Qur'an atau nama-nama Allah justru dapat menambah kekhusyukan dan mengingatkan jamaah akan Allah. Selama kaligrafi tersebut dipasang dengan tujuan untuk memperindah tempat ibadah dan tidak sampai mengganggu konsentrasi dalam shalat, maka dianggap mubah (boleh).

Dalam Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali, umumnya ulama tidak memandang pemasangan kaligrafi sebagai sesuatu yang terlarang, selama niatnya baik dan tidak dijadikan objek pengultusan. Bahkan, sejarah menunjukkan bahwa masjid-masjid besar pada era kekhalifahan dihiasi dengan kaligrafi, seperti Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, yang dihiasi dengan kaligrafi sebagai bentuk penghormatan pada tempat ibadah.

Pendekatan ini menekankan pentingnya niat (niyyah) dan fungsi dari kaligrafi tersebut. Jika tujuannya untuk memperindah masjid dan mengingatkan jamaah kepada Allah, maka hal ini dapat diterima dan dianggap sebagai bentuk kesenian Islami yang menghormati tempat ibadah.
lanjutannya klik di sini...

Monday, November 04, 2024

Nilai Spiritualitas Kaligrafi Masjid

Kaligrafi telah lama menjadi bagian integral dari seni dan budaya Islam. Di dalam masjid, kaligrafi tidak hanya berfungsi sebagai elemen dekoratif, tetapi juga sebagai pengungkap pesan spiritual yang mendalam. Sebagai produsen kaligrafi, saya berkomitmen untuk menghadirkan keindahan dan kedalaman makna dalam setiap karya yang saya ciptakan.

Masjid sebagai tempat ibadah memiliki aura yang sakral dan tenang. Penggunaan kaligrafi di dalam masjid membantu menciptakan atmosfer yang mendukung konsentrasi dan refleksi spiritual. Dengan menggambarkan ayat-ayat Al-Quran, hadis, atau kalimat pujian kepada Allah, kaligrafi mengajak jamaah untuk merenungkan makna dan pesan yang terkandung dalam tulisan tersebut.

Setiap gaya kaligrafi memiliki karakteristik unik yang mencerminkan tradisi dan budaya tertentu. Dari kaligrafi Arab klasik yang megah hingga desain modern yang minimalis, masing-masing menyampaikan keindahan visual yang dapat menyentuh hati. Warna, bentuk, dan proporsi dalam kaligrafi juga memiliki makna tersendiri, memberikan kedalaman pada pesan yang ingin disampaikan.

Dalam proses penciptaan kaligrafi, perhatian terhadap detail sangatlah penting. Pemilihan bahan berkualitas tinggi dan teknik yang tepat memastikan bahwa setiap karya tidak hanya indah secara visual, tetapi juga tahan lama. Penggunaan tinta dan alat yang sesuai akan menghasilkan garis yang halus dan proporsional, menciptakan karya seni yang dapat dinikmati selama bertahun-tahun.

Dengan menambahkan kaligrafi ke dalam interior masjid, kita tidak hanya mempercantik ruang, tetapi juga mengajak jamaah untuk merasakan kedekatan dengan Allah. Kaligrafi menjadi jembatan antara seni dan spiritualitas, menghadirkan keindahan yang dapat menginspirasi dan menggerakkan hati.

Sebagai produsen kaligrafi, saya berharap karya-karya yang saya buat dapat memberikan manfaat dan keindahan bagi setiap masjid, serta mengajak setiap orang untuk lebih mendalami ajaran Islam melalui seni yang penuh makna ini.
lanjutannya klik di sini...

Kaligrafi sanblas dan motif sanblas masih belum dikenal luas walaupun produk ini banyak dijumpai di masjid-masjid atau musholla. Motif-motif yang sudah beredar tersebut banyak memiliki kemiripan dan persamaan. Hal ini disebabkan karena motif-motif itu bisa dengan mudah kita dapatkan melalui internet.

Namun ada juga motif sanblas yang didapat melalui kreasi sendiri, misalnya motif Pintu Masjid Nabawi. Motif ini adalah satu-satunya motif sanblas yang baru dibuat. Motif ini pertama kali dipesan dan dipasang di pintu utama Masjid Al Ikhwan Tebet. lanjutannya klik di sini...

Friday, March 20, 2020

Kaligrafi Etching

Produk etsa atau etching sudah lama dikenal di dunia industri kreatif. Misalnya di dunia reklame, produk ini biasanya digunakan untuk pembuatan pin atau plakat, dan sejenisnya. Namun belakangan ini sejalan dengan kemajuan teknologi, khususnya teknologi digital, produk etsa (etching) sudah jarang kita jumpai untuk jenis produk di atas karena sudah tergantikan oleh cetak digital. Pin sudah tidak lagi dibuat dengan teknik etsa tapi menggunakan print digital.
Namun tidak demikian dengan produk kaligrafi, lembagaqurani yang konsiten dalam bidang seni kaligrafi senantiasa mempertahankan produk etsa (etching) sebagai salah satu produk unggulannya. Di tengah maraknya dan membanjirnya produk kaligrafi produk fabrikasi, kaligrafi etching tetap memiliki nilai dan segmen pasar tersendiri. Produk di atas adalah salah satu produk kaligrafi etching "Ayat Kursi" dengan menggunakan bahan plat kuningan. Produk asli Lembagaqurani mulai dari disain tulisan, proses produksi sampai pasca produksi. Produk ini launching pertama awal tahun 2020 yang dipesan oleh seorang pengusaha otomotif. Ukurannya 120cm x 180cm (bingkai) dan 90cm x 150cm tulisan. lanjutannya klik di sini...

Related Posts with Thumbnails