Memasang kaligrafi nama Allah dan Nabi Muhammad di masjid, terutama dalam tradisi seni Islam, sebenarnya merupakan hal yang umum dan telah lama menjadi bagian dari budaya Islam. Dalam pandangan banyak ulama, ini lebih berkaitan dengan keindahan, penghormatan, dan pengingat terhadap Allah dan Nabi Muhammad, bukan sesuatu yang termasuk dalam bid'ah yang sesat.
Kaligrafi ini berfungsi sebagai elemen estetika yang mengingatkan pengunjung masjid akan keagungan Allah dan teladan Nabi. Al-Qur'an sendiri mendorong umat Islam untuk menghias masjid dan membuatnya menjadi tempat yang rapi dan indah (misalnya dalam Surah Al-Baqarah: 125 dan At-Taubah: 18 yang mendorong pemeliharaan masjid). Para ulama pun umumnya tidak menganggap memasang kaligrafi semacam ini sebagai bid'ah yang tercela, karena bukan merupakan penambahan atau perubahan pada ajaran dasar Islam, melainkan sekadar ekspresi seni yang tidak mengubah aturan ibadah.
Namun, ada beberapa pihak yang merasa bahwa pemasangan kaligrafi tersebut berpotensi mendistraksi konsentrasi dari ibadah jika terlalu menonjol atau berlebihan. Karena itu, banyak yang menyarankan memasang kaligrafi dengan cara yang sederhana dan tidak mencolok, agar tetap menciptakan suasana yang sakral dan tenang.
Jadi, secara umum, memasang kaligrafi nama Allah dan Muhammad di masjid tidak dianggap sebagai bid'ah yang sesat, selama tujuannya baik dan penerapannya seimbang serta tidak mengganggu kekhusyukan dalam beribadah.
Bagaimana Pendapat yang Menyatakan bahwa Lafazh Allah & Muhammad tidak Boleh Sejajar.
Ada pandangan dalam tradisi Islam bahwa tulisan nama "Allah" dan "Muhammad" sebaiknya tidak dipasang sejajar, melainkan nama Allah diletakkan sedikit lebih tinggi. Hal ini muncul dari rasa hormat dan adab dalam mengagungkan Allah sebagai Sang Pencipta, sementara Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Menempatkan nama Allah lebih tinggi dari nama Nabi Muhammad dimaksudkan untuk menekankan bahwa posisi Allah dan Nabi Muhammad tidak sejajar dalam makna ketuhanan. Allah adalah yang paling agung, dan Nabi Muhammad adalah makhluk yang diutus-Nya untuk membawa risalah. Ini juga sesuai dengan ajaran tauhid, yang menekankan bahwa hanya Allah yang layak disembah, sementara Nabi Muhammad sebagai manusia dan rasul adalah sosok yang kita cintai dan ikuti.
Namun, penting untuk dipahami bahwa aturan ini tidak bersifat wajib secara syariat. Ini lebih merupakan praktik kehati-hatian (ihtiyat) yang muncul dari adab dan rasa hormat, bukan ketentuan mutlak. Banyak masjid yang menempatkan nama Allah dan Muhammad sejajar sebagai bagian dari kaligrafi yang indah, tanpa maksud menyamakan keduanya.
Pada gambar di atas, ini salah satu lokasi tulisan kaligrafi di Masjid Nabawi, dimana tulisan Allah sejajar dengan tulisan Muhammad, bahkan sejajar juga dengan tulisan para sahabat Nabi lainnya.
Jika di dalam sebuah masjid atau ruangan Anda memasang kaligrafi nama Allah dan Muhammad, meletakkan nama Allah sedikit lebih tinggi dari nama Nabi Muhammad bisa menjadi bentuk penghormatan tambahan. Tapi, jika sudah sejajar, umumnya juga masih diterima selama dipasang dengan niat yang baik dan penuh hormat.(abuqail)
0 comments :
Post a Comment